Blogger Tricks

Widget Slideshow

Social Icons

Sample Text

Featured Posts

Saturday, October 27, 2012

Mencari Kebenaran


Demi matahari, dan cahayanya di pagi hari. Demi bulan bila ia mengiringi (matahari). Demi siang bila ia menampakkan (matahari). Demi malam bila ia menutupinya. Demi langit dan yang dibina padanya. Demi bumi dan yang dibentangkan atasnya. Demi sukma dan penyempurnaanya.
Q.S.91 Surat Asy Syams (Matahari) ayat 1-7
Saya akan sampaikan sekelumat kisah bagaimana Nabi muhammad SAW ketika ia sedang merenung dan berpikir untuk mecari sebuah kebenaran. Kisah ini saya kutip dari buku Muhammad Husein Haekal yang berjudul ‘Sejarah Hidup Muhammad’.
Dipuncak gunung Hira-sejauh dua farsakh sebelah utara mekkah terletak sebuah gua yang baik sekali untuk menyendiri dan ‘Tahannuth’. Sepanjang bulan ramadhan , setiap tahun muhammad pergi kesana dan berdiam di tempat itu, dengan hanya membawa sedikit bekal. Muhammad bertekun dalam renungan dan ibadah. Jauh dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia. Ia mencari kebenaran dan hanya kebenaran semata.

Demikian kuatnya Muhammad merenung mencari hakikat kebenaran itu, sehingga ia lupa akan dirinya, lupa makan, lupa segala yang ada dalam hidup ini. Sebab segala yang dilihatnya dalam kehidupan manusia sekitarnya bukan suatu kebenaran. Di situ Muhammad mengungkapkan kesadaran batinya, segala yang disadarinya.
Muhammad tidak berharap yang dicarinya itu akan terdapat dalam kisah-kisah lama atau dalam tulisan-tulisan pendeta , melainkan dalam alam sekitarnya. Dalam luasan langit dan bintang-bintang, dalam bulan dan matahari, dalam padang pasir dikala panas membakar dibawah sinar matahari yang berkilauan. Atau dikala langit yang jernih dan indah, bermandikan cahaya bulan dan bintang yang lembut, atau dalam laut dan deburan ombak, dan dalam segala yang ada dibalik itu, yang ada hubunganya dengan wujud ini, serta diliputi seluruh kesatuan wujud. Dalam alam itulah Muhammad mencari “hakikat tertinggi”. Dalam usaha mencapai itu, pada saat-saat Muhammad menyendiri, jiwanya membumbung tinggi mencapai hubungan dengan alam semesta ini, menembus tabir yang menyimpan semua rahasia. Muhammad tidak memerlukan perenungan yang panjang guna mengetahui apa yang dipraktekan oleh masyarakatnya dalam soal-soal hidup dan apa yang disajikan sebagai korban-korban untuk tuhan-tuhan mereka itu. Dan ini tidak membawa kebenaran sama sekali.
Tetap Ah, dimana kebenaran gerangan itu! Dimana kebenaran dalam alam semesta yang luas ini, luas dengan buminya, dengan lapisan-lapisan langi dan bintang-bintangya? Adakah barang kali dalam bintang berkelip-kelip, yang memancarkan cahaya, dari sana pula hujan diturunkan, sehingga karenanya manusia dan semua makhluk yang ada di muka bumi ini hidup dari air, dari cahaya, dan kehangatan udara? Tidak! Bintang-bintang itu tidak lain adalah benda-benda langit seperti bumi ini juga. Atau barangkali dibalik benda-benda itu terdapat eter yang tidak terbatas, tak berkesudahan?
Tetapi apa eter itu? Apakah hidup yang kita alami sekarang dan besok akan berkesudahan? Apakah asalnya dan dari mana sumbernya? Kebetulan sajakah bumi ini dijadikan dan dijadikan pula kita didalamnya? Tetapi baik bumi atau hidup ini sudah mempunyai ketentuan yang pasti dan tidak berubah-ubah, yang tidak mungkin hanya kebetulan saja. Apa yang dialami manusia, kebaikan atau keburukan, datang atas kehendak manusia itu sendiri, ataukah itu sudah dibawanya sejak lahir sehingga ia tak kuasa ia memilih yang lainya?
Masalah-masalah kejiwaan dan kerohanian itu, juga dipirkan oleh Muhammad selama ia mengasingkan diri dan bertekun di gua Hira. Muhammad ingin melihat “kebenaran” itu dan melihat hidup itu seluruhnya. Pemikiran tentang hal itu memenuhi jiwanya , memenuhi jantungnya, pribadi-pribadinya , dan seluruh wujudnya. Siang dan malam hal ini menderanya terus menerus. Bilamana bulan ramadhan sudah berlalu dan ia kembali kepada Khadijah(istrinya), pengaruh pikiran yang masih membekas padanya membuat khadijah selalu menanyakan, karena ia pun inigin lega hatinya bila sudah dasar renungan dan pemikiran yang menjadi dambaan Muhammad.
Tahun telah berganti tahun dan kini telah tiba pula bulan ramadhan. Muhammad bertambah matang, dan jiwanya pun semakin penuh. Sesudah beberapa tahun jiwa yang terbawa oleh “kebenaran tertinggi” itu, bermimpi dalam tidurnya dengan mimpi hakiki, yang memancarkan cahaya kebenaran yang selama ini dicarinya.



Sumber Artikel : http://achsanarea23.blogspot.com/2012/09/cara-pasang-kotak-permalink-di-bawah.html#ixzz2B8PBsDfT
ads

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 4:41 PM Kategori:

0 comments:

Post a Comment

setelah anda membaca artikel ini silakan anda berkomentar yang baik,sesuai dengan topik pembicaraan, tolong jangan spam

 

Translete

Histats.com © 2005-

iklan


Followers

translete

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch

RussianPortugueseJapaneseKoreanArabic Chinese Simplified

visitor

Flag Counter